Pada dasarnya perubahan sosial budaya terjadi karena anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi dengan kehidupannya yang lama. Norma-norma dan lembaga-lembaga sosial, atau sarana penghidupan yang lama dianggap tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru.
Menurut Soerjono Soekamto, ada dua jenis faktor penyebab utama dari perubahan sosial, yaitu faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat (internal) dan faktor penyebab yang berasal dari luar masyarakat (eksternal).
Faktor penyebab dari dalam masyarakat meliputi bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan baru, pertentangan/konflik dalam masyarakat, serta pemberontakan/revolusi dalam masyarakat tersebut. Berikut adalah uraian mengenai faktor-faktor intern penyebab perubahan sosial dan budaya.
Perubahan Jumlah Penduduk
Perubahan jumlah penduduk juga merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial, seperti pertambahan atau berkurangnya penduduk pada suatu daerah tertentu. Bertambahnya penduduk pada suatu daerah dapat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Sementara pada daerah yang lain terjadi kekosongan sebagai perpindahan penduduk tadi. Ditinjau dari dari sudut pertambahan penduduk misalnya transmigrasi, jika berjalan secara ideal dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, dan keamanan, mungkin akan terjadi perubahan yang positif.
Timbunan Kebudayaan dan Penemuan Baru
Kebudayaan yang ada dalam kehidupan masyarakat selalu berkembang dan bertambah. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penimbunan budaya secara akumulatif. Bertimbunnya kebudayaan ini disebabkan karena adanya penemuan baru dari anggota masyarakat pada umumnya.
Menurut Koentjaraningrat, faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah sebagai berikut:
- Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
- Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
- Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
Pertentangan (Konflik)
Pertentangan antara anggota-anggota masyarakat dapat terjadi karena perubahan masyarakat yang pesat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Roucek dan Warren. Masyarakat yang heterogen biasanya ditandai dengan kurang dekatnya hubungan antara orang satu dengan orang yang lain atau kelompok lainnya. Sementara itu, kondisi sumber pemenuhuan kebutuhan semakin terbatas, sehingga persaingan tidak dapat dihindari, jika proses ini memuncak, maka pertentangan akan terjadi pada masyarakat yang bersangkutan. Pada saat masyarakat dalam keadaan konflik akan timbul kekecewaan dan keresahan, maka pada saat itu pula individu-individu pada umumnya sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang baru.
Revolusi
Pemberontakan atau dikenal dengan revolusi merupakan sebuah proses sosial dalam masyarakat yang dapat menyebabkan perubahan sosial dan budaya. Revolusi adalah proses perubahan besar yang terjadi dalam waktu yang cepat. Penyebab terjadinya pemberontakan biasanya diawali dengan adanya ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap sistem kekuasaan yang ada di negaranya. Adanya revolusi akan membawa perubahan-perubahan besar dalam tubuh masyarakat baik dari segi struktur pemerintahannya maupun perilaku masyarakat.