Menurut Gillin dan Gillin (dalam Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos, M.Si, 2006:58-63), menjelaskan bahwa ada dua golongan proses sosial yang terjadi akibat adanya interaksi sosial yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
1. Proses Asosiatif
Proses asosiatif ini merupakan proses interaksi sosial yang terjadi akibat adanya saling pengertian dan kerjasama (hubungan timbal balik) antar pelaku interaksi sosial baik antar individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dalam proses asosiatif adalah sebagai berikut.
a. Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan usaha bersama antar individu atau antar kelompuk untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Contoh beberapa bentuk dari kerja sama adalah sebagai berikut.
- Gotong royong
Bentuk kerja sama yang menghasilkan aktivitas tolong menolong dalam bentuk timbal balik diantara para pelakunya. Misalnya saja ketika Bapak Ahmad ingin merenovasi rumahnya maka tetangganya datang untuk membantu baik dari segi tenaga atau memberi makanan pada pekerja lain. Dengan begitu ketika tetangganya ini memiliki sebuah hajatan maka Pak Ahmad pun juga akan datang membantu tanpa diminta.
- Kerja bakti
Bentuk kerja sama yang mirip dengan gotong royong hanya saja kegiatannya dilakukan untuk proyek-proyek publik atau program-program pemerintah. Misalnya saja masyarakat membantu dalam membangun masjid di desanya dengan menyumbangkan tenaga, makanan dan lain sebagainya tanpa mengharapkan adanya timbal balik yang didapatkan.
- Bargaining
Kerja sama dalam bentuk perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
- Co-optation
Proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menciptakan stabilitas organisasi yang bersangkutan.
- Koalisi (Coalition)
Kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan-tujuan yang sama.
- Joint-venture
Bentuk kerjasama antara dua atau lebih organisasi perusahaan di bidang bisnis untuk pengerjaan proyek-proyek tertentu. Misalnya saja proyek penambangan emas, pengeboran minyak dan lain sebagainya yang tentu saja membutuhkan modal yang besar serta SDM yang banyak sehingga perlu bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain.
b. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian dalam interaksi untuk mengurangi, mencegah atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan. Untuk mencapai kestabilan tersebut terdapat beberapa bentuk akomodasi yang dapat dilakukan, yang meliputi :
- coersion, yaitu bentuk akomodasi yang terjadi karena adanya paksaan, kekerasan fisik maupun psikologis.
- compromise, yaitu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bersangkutan mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian oleh pihak ketiga atau badan yang lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.
- mediation, yaitubentuk akomodasi yang dilakukan melalui penyelesaian oleh pihak ketiga yang netral.
- consiliation, merupakan usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih agar mencapai persetujuan bersama.
- toleration, merupakan akomodasi tidak formal karena pihak-pihak yang bersangkutan mencoba untuk menghindarkan diri dari pertikaian.
- stalemate, yaitu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang dan berhenti pada suatu titik tertentu dan masing-masing pihak menahan diri untuk tidak bertikai. Contoh gencatan senjata.
- adjudication, dilakukan apabila usaha akomodasi yang pernah dilakukan dengan jalan pengadilan.
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses pencampuran dua budaya atau lebih sebagai akibat dari proses sosial yang kemudian akan menghasilkan budaya tersendiri yang berbeda dari budaya asalnya. Proses asimilasi ini akan terjadi apabila :
- ada kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan,
- anggota dari kelompok-kelompok tersebut saling bergaul secara intensif dalam waktu yang relatif lama,
- kebudayaan masing-masing kelompok saling menyesuaikan, dan
- menghasilkan kebudayaan yang baru yang berbeda dari induknya.
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif merupakan kebalikan dari proses asosiatif. Bila pada proses sosial asosiatif lebih menekankan pada bentuk kerja sama, proses sosial disosiatif lebih ditekankan pada bentuk persaingan atau perlawanan (oposisi).
Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah sebagai berikut.
a. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan suatu proses sosial yang terjadi di mana antar individu atau kelompok saling bersaing untuk berlomba atau berkompetisi mencari keuntungan melalui bidang-bidang
tertentu tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman.
Persaingan dapat dibagi menjadi dua sifat, yaitu persaingan pribadi dan kelompok. Persaingan pribadi terjadi antara orang perorangan. Misalnya saja memperebutkan gelar juara dalam olimpiade matematika. Sementara pesaingan kelompok merupakan persaingan yang terjadi antara kelompok-kelompok tertentu. Misalnya saja persaingan memperebutkan kejuaraan sepak bola antar klub-klub sepak bola.
b. Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan gejala adanya ketidakpuasan terhadap seseorang atau sesuatu. Sikap tersebut dapat terlihat jelas maupun tersembunyi.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, bentuk kontravensi dibedakan menjadi lima, yang meliputi :
- kontravensi umum, berupa penolakan, keengganan, mengganggu pihak lain, pengacauan, atau perbuatan kekerasan;
- kontravensi yang bersifat sederhana, seperti memaki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran;
- kontravensi yang bersifat intensif, seperti penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain;
- kontravensi yang bersifat rahasian, misalnya mengumumkan rahasia pihak lain, berkhianat, dan sebagainya;
- kontravensi yang bersifat taktis, seperti intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak lawan, mengganggu, atau membingungkan, dan sebagainya.
c. Konflik atau Pertentangan
Konflik merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok menyadari adanya perbedaan yang dapat menimbulkan pertentanganatau pertikaian di mana pertikaian itu sendiri dapat menghasilkan ancaman atau kekerasan untuk mencapai tujuan atau keinginan tertentu. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan paham, ciri fisik, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku,prinsip, politik, maupun kepentingan dengan pihak lain. Misalnya saja terjadinya tawuran antar pelajar karena ada salah satu pihak yang memancing emosi pihak lain, pertarungan antar suku, dan lain sebagainya.