Syair merupakan puisi Melayu lama. Istilah syair berasal dari kata Arab Syi’ir, yang berarti “perasaan yang menyadari”. Isi syair umumnya sebuah cerita. Namun, ada pula yang memuat buah pikiran, filsafat, puji-pujian, dan sebagainya. Seperti karya sastra yang lain, syair juga padat dengan pesan-pesan terselubung untuk para penikmatnya. Setiap kata yang ditulis oleh para penyair mengandung makna tersirat maupun tersurat tentang hal yang bermanfaat bagi kehidupan.
Salah satu ciri syair adalah terdiri atas empat baris dalam satu bait dan bersajak a a a a. Pantun dan syair memiliki kemiripan dalam bentuk dan ikatan-ikatan. Perbedaan keduanya terletak pada rima dan isi. Selain itu, pantun dapat selesai dalam satu bait, sedangkan syair tidak selesai dalam satu bait, karena biasanya syair untuk bercerita.
Dalam syair terdapat unsur-unsur yang yang membangun struktur syair itu sendiri. Unsur-unsur itu meliputi tema, nada, suasana, dan pesan.
1. Memahami Makna Kata-kata yang Digunakan dalam Syair
Kata-kata yang digunakan dalam syair ada yang bermakna secara simbolik. Namun, juga ada yang mengandung makna denotatif. Agar makna syair secara keseluruhan dapat ditemukan, maka kata-kata dalam syair itu harus dipahami.
Makna denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus. Makna denotasi lazim disebut :
- Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif.
- Makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya).
- Makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.
Makna simbolik adalah adalah makna yang terkandung dalam kata-kata lain sebagai simbol atau lambang.
2. Menangkap Pesan Syair
Setelah kata-kata yang digunakan dalam syair dapat dipahami semua artinya, maka selanjutnya perlu merenungkan untuk menangkap pesan penyair yang tersembunyi di balik kata demi kata di dalamnya. Hubungan nilai dan pesan moral syair dengan kehidupan masa kini. Nilai dalam syair merupakan hasil perenungan, pemikiran yang tercermin dalam syair. Nilai tersebut dapat berhubungan dengan situasi yang dirasakan, dihayati atau dialami penyair pada masanya.
Syair Perahu
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah
Di sanalah iktikat diperbetuli sudah
Wahai muda, kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya sempurna jalan yang kabir
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.
Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.
Karya : Hamzah Fansuri
Syair Bidasari
Dengarkan tuan suatu riwayat
Raja di desa Negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Sehingga menjadi tamsil ibarat
Ada raja suatu negeri,
Sultan Halifah sebaliknya bestari,
Awalnya beliau raja yang bahari,
Melimpah ngadil dagang senteri.
Heran orang empunya acara,
Baginda itulah raja perkasa,
Sangat tidak merasakan susah,
Entah pada esok dan lusa.
Seri sultan raja bestari,
Setelah ia sudah beristri,
Beberapa bulan beberapa hari,
Hamillah putri permaisuri.
Beberapa lamanya dalam pemerintah,
Baginda duduk bersuka-sukaan,
Datanglah beroleh kedukaan,
Beliau meninggalkan tahta kerajaan.
Datanglah ke suatu waktu,
Melayanglah unggas dari angkasa,
Unggas Gurda sangat perkasa,
Menjadi negeri rusak binasa.
Datanglah menyambar suaranya bahana,
Gemparlah sekalian mulia dan hina,
Seisi negeri gundah-gelana,
Membawa diri ke mana-mana.
Baginda pun sedang dihadap orang,
Mendengarkan gempar seperti perang,
Bertitah baginda raja yang garang,
“Gempar ini apakah kurang.
1. Syair Perahu
Syair perahu melambangkan tubuh manusia sebagai perahu yang berlayar di laut. Pelayaran itu penuh marabahaya. Jika manusia kuat memegang keyakinan la ilaha illa Allah, maka dapat dicapai tahap yang melebur perbedaan antara Tuhan dan hamba-Nya. Syair di atas merupakan simbolisasi manusia dalam menuju Tuhan. Penyair mengibaratkan dengan perjalanan di tengah lautan yang bekal utamanya tidak lain hanya keyakinan kepada Tuhan. Disini jelas digambarkan bahwa pertemuan hamba dan Tuhan itu sangat susah. Syair Perahu menekankan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk sampai kepada tuhan.
- Bait 1. Penulis ingin memberitahukan kepada para pembacanya bahwa ia akan menuliskan syair yang menggunakan bahasa-bahasa yang indah dan penuh dengan nilai-nilai estetika yang tinggi. Maksud dan tujuan menulis syair adalah untuk memperbaiki i’tikat ummat muslim.
- Bait 2. Kehidupan ini hanya bersifat sementara saja dan semua manusia suatu saat akan menuju ke alam yang bersifat kekal. Seorang manusia yang hidup di dunia ini bagaikan sebuah perahu yang sedang berlayar di tengah lautan yang maha luas. Pelayaran ini tentunya akan menuju ke sebuah tempat yaitu alam akhirat.
- Bait 3. Hidup harus berlandaskan pedoman yang sudah ada. Pedoman-pedoman itu dijadikan panduan dalam kehidupan sehingga masyarakat hidup bersatu dan hidup dalam kelompok masyarakat yang damai.
- Bait 4 dan 5. Betapa pentingnya perbekalan selama dalam pelayaran di lautan yang luas. Ini bermakna bahwa manusia wajib membekali dirinya dengan berbagai keperluan atau kebutuhan nantinya di tempat yang akan dituju. Adapun perbekalan yang dimaksudkan di sini adalah seluruh amal perbuatan yang baik yang pada akhirnya membuat manusia menjadi taqwa.
- Bait 6. Hidup ini penuh dengan berbagai tantangan yang hanya menunggu kesempatan untuk menantang hidup manusia.
- Bait 7. Tantangan-tantangan yang hebat dapat melemahkan iman dan pegangan manusia.
- Bait 8. Ombak dan ikan yang dimaksudkan oleh penulis adalah tantangan. Jika seseorang itu tidak teguh pendirian atau tidak tahan dengan tantangan, ia bisa mengalahkan manusia.
Tema dan Amanat
- Tema : Keagamaan
- Pesan agar dalam hidup harus memiliki pedoman hidup agar dapat memperbaiki diri.
2. Syair Bidasari
Syair Bidasari adalah syair yang berkisah tentang Bidasari, seorang puteri raja yang sangat cantik. Dia tidak tahu asal-usulnya, dan kemudian diangkat anak oleh sepasang pedagang kaya. Ratu negeri yang cemburu akan kecantikannya kemudian bersekongkol untuk kemudian membuang Bidasari ke hutan. Di sana dia ditemukan oleh raja yang kemudian menikahinya.
- Bait 1. Pengenalan kisah seorang raja yang memerintah Negeri Kembayat. Pengarangnya hanya ingin dikenal sebagai fakir sebagai tanda kerendahan hati. Tujuan hikayat sehingga menjadi contoh dan perbandingan kepada pembaca.
- Bait 2 . Di sebuah negeri ada seorang pemerintah, yaitu sultan yang gagah perkasa lagi bijaksana. Baginda raja dahulu yang cemerlang. Keadilan beliau telah mengundang kedatangan para pedagang dan orang saleh (pelajar ilmu agama yang merantau).
- Bait 3 . Kegagahan dan kelangsungan pemerintahan beliau memang mengagumkan. Sesaat pun beliau tidak mengalami kesusahan. Namun, tidak ada yang tahu apakah kondisi itu akan abadi atau sebaliknya.
- Bait 4. Sultan yang bijaksana bertambah bahagia ketika menikah. Selang beberapa bulan, permaisuri pun hamil.
- Bait 5. Setelah beberapa tahun memerintah negara dengan bahagia dan aman sentosa, dugaan mala petaka datang melanda. Beliau terpaksa mundur dari istana.
- Bait 6. Tiba-tiba pada suatu hari muncul seekor burung raksasa melayang di ruang angkasa negeri Kembayat. Garuda, yaitu elang besar mengacaukan Kembayat sehingga menimbulkan kekacauan dan kehancuran.
- Bait 7. Garuda melakukan serangan dengan suara yang bergema luar biasa. Semua rakyat negeri Kembayat berada dalam kekacauan dan kekalutan. Seluruh negeri dilanda duka lara dan lesu, serta rakyat berhamburan tanpa arah tujuan.
- Bait 8. Ketika itu beliau sedang duduk di singgasana sambil menerima pembesar dan rakyat jelata. Kekacauan bagaikan di medan perang jelas terdengar. Baginda bertitah dengan nada yang tegas tentang kekacauan apa pula yang terjadi.
Tema dan Amanat
- Tema Syair Bidasari adalah kasih sayang.
- Amanat Syair Bidasari adalah bersikaplah murah hati kepada siapa saja, saling mengasihi dan menyayangi, serta mudah memaafkan.