Tampak dalam contoh sebelumnya bahwa teks drama ternyata dibentuk oleh banyak unsur. Di dalamnya ada latar, misalnya pada drama tersebut latarnya adalah di rumah Panembahan Reso, pada pagi hari. Di dalamnya juga ada tokoh, yakni Aryo Lembu, Aryo Jambu, Aryo Bambu, Aryo Sumbu, Aryo Sekti, Ratu Dara, dan Panembahan Reso. Ada juga dialog antartokoh. Di samping itu, terdapat juga tema dan amanat.
Berikut paparan lebih lengkap tentang unsur-unsur tersebut.
1. Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana di dalam naskah drama.
- Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di rumah, medan perang, di meja makan.
- Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.
- Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. Misalnya, dalam budaya Jawa, dalam kehidupan masyarakat Betawi, Melayu, Sunda, Papua.
2. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut.
- Tokoh gagal atau tokoh badut (the foil)
Tokoh ini yang mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lain itu. - Tokoh idaman (the type character)
Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan, atau terpuji. - Tokoh statis (the static character)
Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita. - Tokoh yang berkembang. Misalnya, seorang tokoh berubah dari setia ke karakter berkhianat, dari yang bernasib sengsara menjadi kaya raya, dari yang semula adalah seorang koruptor menjadi orang yang saleh dan budiman.
3. Dialog
Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan.
- Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
- Dialog yang diucapkan pada pentas harus lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
4. Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi drama. Tema dalam drama menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema drama, kita perlu mengapresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Tema jarang dinyatakan secara tersirat. Untuk dapat merumuskan tema, kita harus memahami drama itu secara keseluruhan.
5. Pesan atau amanat merupakan ajaran moral didaktis yang disampaikan drama itu kepada pembaca/penonton. Amanat tersimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi drama.
Tugas
Tentukanlah unsur-unsur drama dari pementasan sebuah drama atau dari naskah drama yang dibaca!
Contoh Jawaban
Cermatilah contoh teks drama berikut!
Operasi yang Sukses
(Empat orang masuk arena pertunjukan. Satu orang yang sakit di atas tempat tidur digotong dua orang. Satu orang lagi sebagai ibu yang latah)
Otong : “Aduh! … Hemm…Heeemmm…!” (mengerang karena sakit payah).
Ayah : “Sudah-sudah, turunkan di sini!” (tempat tidur diturunkan).
Otong : “Aduh….! Heemmm…! Ingin minum….Air…!”
Ibu : “Minum….Otong? Haus? Nanti,nanti, nanti (mondar-mandir, linglung)…Apa… yaa?”
Ayah : (membentak) “Cepat, Bu!”
Ibu : “Eh…air! Oh, ya…air!” (terus keluar dari arena dan kembalinya membawa ember berisi air). “Otong, Otong…! Ini airnya, Ibu bawakan banyak sekali!”
Ayah : “Ya, Allah! Ibu! Apa tidak ada gelas?”
Ibu : “Ini saja biar kenyang!” (Otong segera didudukkan dan ibu mengangkat ember untuk memberi minum).
Otong : “Haaciih…!” (Otong bersin dan tidak jadi minum, bahkan menolaknya).
Ibu : “Mengapa Tong, mengapa? Minumlah biar sembuh!”
Ayah : “Itu air apa, Bu? Kok baunya begini?”
Ibu : “(sadar) Ya Allah…! Ini air dari pispot!” (terus keluar membawa lagi ember).
Ucin : “Ayah, bagaimana kalau kita panggilkan dokter saja?”
Ayah : “Ya, ya…, cepat kamu lari, Ucin! Katakanlah kepada dokter penyakitnya gawat sekali!”
Ucin : “Baik, Ayah!” (sambil segera keluar).
Otong : “Aduuh….! Hemmm, hemmm….!”
Ibu : (masuk membawa air ke dalam gelas) “Ali…Ucin ke mana, Ayah?”
Ayah : “Sedang memanggil dokter, Bu!”
Ibu : “Dokter? Untuk apa memanggil dokter?”
Ayah : “Mengobati penyakit Otong. Nah, itu dokternya datang,” (Ucin dan dokter masuk dengan membawa koper berisi alat-alat kedokteran.
Ibu : “Oh, Pak Dokter! Cepat Pak Dokter, Otong sudah mengkhawatirkan, sembuhkanDokter, jangan sampai mati!”
Dokter : “Ya, ya…! Nanti saya periksa dulu!” (Dokter langsung memeriksa). “Wah ini penyakit berbahaya.”
Ibu : “Berbahaya? Aduh, aduh!” (mondar-mandir). “Kasihan Otong! Nyawamu tak tertolong. Gusti…!” (menangis).
Ayah : “Ibu, jangan ribut dulu! Tunggu saja bagaimana dokter!”
Dokter : “Sabar, Bu, mudah-mudahan anak ibu bisa tertolong!”
Ayah : “Bagaimana penyakitnya, Dokter?”
Dokter : “Wah, penyakitnya berbahaya. Ia mesti dioperasi. Ia terserang penyakit kencing batu!”
Ibu : “Kencing batu? (Heran) Batu apa, Dokter? Batu kali atau batu cincin?”
Dokter : “Batu baterai” (sambil membuka kopor. Alat operasi dikeluarkan, yaitu gergaji, parang, palu, gunting kaleng, jarum karung, tang, dan obeng).
Ibu : “Aduh, aduh, aduh…! Ada gergaji, gunting, palu, dan segala macam, untuk apa Dokter?”
Dokter : “Parang ini untuk membelah kulit. Gunting untuk memotong urat, gergaji untuk menggergaji batu yang menempel pada kandung seni. Kalau batunya besar perlu dipukuli, dihancurkan dengan palu ini. Coba pegang satu-satu. Nanti kalau saya minta,segera berikan!” (Dokter memberikan alat-alat tersebut kepada ketiga orang itu). “Awas, operasi akan segera dimulai. Parang, berikan!”
Ayah : “Memberi parang kepada dokter”.
Dokter : “Coba, tangan itu dipegang oleh seorang. Oleh Ibu saja! Setiap kaki dipegang oleh satu orang. Tahan jangan sampai bergerak. Operasi segera dimulai. Satu…dua…ti…” (sambil mengayunkan parang diarahkan ke perut pasien).
Otong : “Tahan, Dokter!” (Otong bangun, dengan paksa melepaskan diri dari pegangan). “Operasi cara apa, kok begitu?”
Dokter : “Ini operasi istimewa, untuk mengobati penyakit malas! Bagaimana, mau operasi? Atau sudah sembuh?”
Otong : “Jangan dioperasi Dokter, saya sudah sudah sembuh!”
Dokter : “Tidak mau malas lagi?”
Otong : “Tidak, Dokter!”
Dokter : “Nah, Pa, Bu, anak ibu ini penyakitnya hanya malas, tidak mau bekerja. Sekarang
sudah sembuh!”
Ibu : “Oh, pantas….Otong, Otong! Kalau tidak mau mencangkul sawah, terus terang
saja.Jangan pura-pura. Membuat orang lain panik!” (maka, semua keluar. Selesai).
Dari teks drama “Operasi yang Sukses” tersebut, kamu dapat membuat analisis berdasarkan keterkaitan antarunsurnya.
1) Jenis drama ini termasuk komedi sebab aspek kelucuannya sangat menonjol.
2) Tokoh drama ini terdiri atas Otong, Ayah, Ibu, Ucin, dan Dokter.
3) Ciri tokoh dapat diketahui dengan mudah. Dari kramagung dijelaskan, misalnya tokoh Ibu sebagai orang latah. Adapun tokoh utamanya adalah Otong sebab dari awal hingga akhir cerita menjadi pusat penceritaan.
4) Latar cerita drama tersebut terjadi di rumah Otong. Ini terbukti sejak awal, yakni melalui keterangan pengarang berikut.
Otong : “Aduh! … Hemm…Heeemmm…! (mengerang karena sakit payah).
Ayah : “Sudah-sudah, turunkan di sini! (tempat tidur diturunkan). Selain itu, juga keterangan tokoh Ucin yang akan memanggil dokter. Jadi, latar tempatnya bukanlah rumah sakit.
Ucin : “Ayah, bagaimana kalau kita panggilkan dokter saja?”
Ayah : “Ya, ya…, cepat kamu lari, Ucin! Katakanlah kepada dokter penyakitnya gawat sekali!”
5) Tahap permulaan alur dijelaskan bahwa Otong sakit sehingga Ayah dan Ibu serta Ucin ikut panik. Dalam keadaan itu, Ucin mengusulkan untuk meminta bantuan dokter. Cerita terus berkembang menuju alur pertengahan.
Pada tahap ini, tokoh dokter meneliti penyakit Otong yang dikatakannya gawat sehingga harus dilakukan operasi. Otong menderita penyakit kencing batu. Keadaan makin panik, terutama dialami Ibu Otong.
Ketika operasi hendak dilakukan, si dokter sudah siap dengan peralatan operasi, seperti dijelaskan dalam teks drama: (sambil membuka kopor. Alat operasi dikeluarkan, yaitu: gergaji, parang, palu, gunting kaleng, jarum karung, tang, dan obeng).
Konflik pun mulai mereda. Otong bangkit dari tidurnya, sebagaimana dijelaskan berikut.
Otong : “Tahan, Dokter!” (Otong bangun, dengan paksa melepaskan diri dari pegangan). “Operasi cara apa, kok begitu?”
Dokter : “Ini operasi istimewa, untuk mengobati penyakit malas! Bagaimana, mau operasi? Atau sudah sembuh?”
Otong : “Jangan dioperasi Dokter, saya sudah sudah sembuh!”
6) Setelah membaca utuh teks drama ini, kamu dapat menemukan tema, watak, dan amanat/pesannya. Judul drama “Operasi yang Sukses” membantu kamu menentukan unsur tema, watak, dan pesan. Penyakit Otong mungkin tidak akan diketahui kalau tidak dioperasi oleh dokter. Karena merasa takut melihat alatalat operasi, Otong tidak jadi sakit.
Ternyata, dia hanya berpura-pura sakit. Watak Otong dijelaskan melalui ucapan dokter dan pengakuan Otong, sebagaimana dijelaskan dalam adegan berikut.
Dokter : “Ini operasi istimewa, untuk mengobati penyakit malas! Bagaimana, mau operasi? Atau sudah sembuh?”
Otong : “Jangan dioperasi Dokter, saya sudah sudah sembuh!”
Dokter : “Tidak mau malas lagi?”
Teks drama ini memberikan pesan kepada pembaca bahwa perbuatan malas dan berpura-pura itu tidak baik. Kedua nilai ini jika dikaitkan dengan kehidupan kamu sehari-hari sangatlah merugikan.