Teks anekdot bisa disajikan dalam bentuk dialog dan narasi. Contoh penyajian dalam bentuk dialog, percakapan yang dilakukan dua orang atau lebih, bisa dilihat pada anekdot Dosen yang juga menjadi Pejabat.
Menggunakan kalimat langsung adalah salah satu ciri dialog. Kalimat langsung adalah kalimat yang diucapkan secara langsung dari pembicaraan seseorang.
Perhatikan kutipan berikut ini.
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Dari kutipan anekdot di atas kamu dapat melihat bahwa kalimat langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Diawali dan dakhiri dengan tanda petik (“ ….”).
- Huruf awal setelah tanda petik ditulis dengan huruf kapital.
- Antara pembicara dan apa yang dikatakannya dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
Teks anekdot yang berjudul Dosen yang juga menjadi menjadi Pejabat tidak hanya di tulis dalam bentuk dialog tetapi ada juga yang disajikan dalam bentuk narasi. Coba bandingkan bagaimana penulisan kalimat langsung dalam anekdot berikut ini.
Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi. “Apakah benar,” teriak Jaksa, “Bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan. “Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” ulang pengacara.
Saksi masih tidak menanggapi.
Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
“Oh, maaf.” Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda.”
Kegiatan 3
Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu
- Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.
- Menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu, dan sebagainya.
- Menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, berjalan, dan sebagainya;
- Menggunakan kalimat perintah (imperative sentence);
- Menggunakan (kalimat seru).
Teks anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog, harus menggunakan kalimat langsung.
Bacalah kembali anekdot Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, kemudian pelajarilah analisis unsur kebahasaan teks anekdot berikut ini.
- Unsur Kebahasaan
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu - Contoh Kalimat
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi. - Unsur Kebahasaan
Kalimat retoris - Contoh Kalimat
“Apakah benar,” teriak Jaksa, “Bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” - Unsur Kebahasaan
Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu - Contoh Kalimat
Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” - Unsur Kebahasaan
Penggunaan kata kerja aksi - Contoh Kalimat
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan. - Unsur Kebahasaan
Penggunaan kalimat perintah - Contoh Kalimat
“Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” - Unsur Kebahasaan
Penggunaan kalimat seru - Contoh Kalimat
“Oh, maaf.”
Agar lebih memahami kaidah kebahasaan anekdot, selanjutnya kerjakan tugas-tugas berikut ini.
Tugas
Bacalah anekdot yang berjudul Aksi Maling Tertangkap CCTV dan Dosen yang menjadi Pejabat, lalu analisis kaidah kebahasaannya dengan menggunakan tabel berikut ini. Kerjakan di buku tugasmu.
Judul anekdot: Aksi Maling Tertangkap CCTV
a. Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu:
Seorang warga melapor kemalingan.
b. Kalimat retoris (kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban):
“Kemalingan kok beruntung?”
c. Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu:
tidak ada
d. Penggunaan kata kerja aksi:
“Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.”
e. Penggunaan kalimat perintah:
“Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
f. Penggunaan kalimat seru:
“Belum …. “ (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan.
Teks ‘Dosen yang Menjadi Pejabat’
a. Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu:
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
b. Kalimat retoris (kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban):
“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
c. Konjungsi yang menyatakan hubungan waktu:
tidak ada
d. Penggunaan kata kerja aksi:
“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.
e. Penggunaan kalimat perintah:
“Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
f. Penggunaan kalimat seru:
“Loh, apa hubungannya.”