Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: menemukan unsur kebahasaan dan menelaah unsur buku fiksi dan nonfiksi.
1. Ungkapan sebagai Unsur Kebahasaan dalam Buku Fiksi
Membaca buku tidak sekedar memperoleh sejumlah informasi dan memperluas wawasan. Membaca buku fiksi khususnya, dapat menemukan hal lain yang tidak kalah menarik. Misalnya tentang diksi ataupun ragam bahasanya.
Perhatikan cuplikan berikut!
Maka, tergambarlah pula di muka Hanafi ke masa yang sudah-sudah. Zaman hubungan cintanya yang berhingga-hingga. Hidup bermanis-manis pun berlama-lama ia kenangnya. Tahulah Hanafi sekarang: Rafiah, intan yang belum digosok. Sayang, ia tidak pandai menggosoknya hingga barang itu dibanting-banting, seolah tak berharga. sementara Corrie, berlian yang sudah digosok, harganya tidak ternilai-nilai, tapi suami yang celaka tak pandai memakainya, dan enyahlah harta itu dari rangkulannya. Hanafi menyesali dirinya tidak berhingga-hingga. Maka ditutupnyalah mukanya dengan kedua belang tahannya, lalu menangis mengusak-ngisak sambil berseru dalam hatinya,”Oh, Corrie, Corrie istriku! Di manakah engkau sekarang. Lihatlah suamimu menyadari untung, lekaslah kembali, supaya kita menyambung hidup kembali seperti dulu.” ( Novel Salah Asuhan Balai Pustaka, 2010, Abdul Muis).
Perhatikan kata-kata menyambung hidup dalam cuplikan cerita tersebut. Cobalah selidiki kekhasannya. Bandingkanlah dengan kelompok-kelompok kata yang lain. Misalnya, dengan menyambungkan tali, hidup sederhana, hidup susah. Dari cara itu, akan lebih tampak kekhasan kata-kata tersebut!
Kelompok kata yang memiliki kekhasaan seperti itu disebut sebagai ungkapan. Ungkapan adalah kata atau kelompok kata yang bersusunan tetap dan mengandung makan kiasan. Contoh ungkapan lainnya adalah lapang dada, berat hari, ringan tangan.
Dalam buku fiksi, ungkapan mudah untuk menjumpai. Di samping itu, dapat pula kamu menemukan unsur menarik lainnya dari suatu fiksi, seperti tema yang khas, penggambaran latar yang menakjubkan, karakter tokoh-tokoh yang memesona, dan amanat yang menyentuh relung hati.
Unsur-unsur Fiksi
- Tema
- Tokoh
- Latar
- Amanat
- Gaya Bahasa
- Alur
Contoh kalimat menggunakan ungkapan-ungkapa;
- Suzy meninggalkan negara asalnya dengan berat hati demi mengejar cita-citanya
- Kusman menjadi besar kepala setelah ia menjadi juara kelas
- Polisi telah menangkap tangan kanan gembong narkoba itu di Jakarta.
- Pekerjaan menjadi seorang mata-mata bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan.
- Jangan menjadi anak yang panjang tangan, kau bisa dijauhi oleh semua orang karena perilakumu.
- Mata hati Ibu pada anaknya ribuan kali lebih tajam dari tajamnya pisau pedang.
- Pengedar narkoba yang tertangkap di Bandara Soekarno Hatta itu adalah Kaki Tangan dari gembong narkoba asal Singapura.
- Aku tidak kuasa lagi mendengar si besar mulut itu berbicara
2. Unsur unsur Menarik Lainnya dalam Buku Fiksi
Ketertarikan seseorang untuk membaca pasti disebabkan oleh adanya sesuatu bermanfaat dalam bacaan itu, bukan? Misalnya, seorang petani akan membaca buku tentang cara pengelolaan lahan pertanian yang efektif. Hal itu dilakukannya karena bacaan itu dianggapnya bermanfaat bagi dirinya sebagai seorang petani. Berbeda lagi kalau pembacannya itu seorang pelajar, ia akan lebih tertarik pada buku-buku yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ataupun berita-cerita yang terkait dengan lomba karya ilmiah remaja. Bacaan-bacaan seperti itu dianggapnya menarik karena sesuai dengan dunia atau kebutuhannya.
Daya tarik seperti itu juga dimiliki oleh karya-karya fiksi, seperti antologi puisi, cerita pendek, atau novel. Tentu saja faktor penyebabnya tidak sama dengan bacaan yang berupa karya nonfiksi. Seorang membaca cerpen bukan untuk mendapatkan informasi, bukan? Pada umumnya seseorang membaca cerpen untuk memperoleh hiburan ataupun pengalaman-pengalaman hidup. Adapun daya hibur sebuah cerpen bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti yang telah kita pelajari terdahulu bahwa daya tarik sebuah cerita, bisa karena unsur tema, latar, penokohan, amanatnya. Mungkin pula karena alurnya yang surprise dan penuh kejutan. Mungkin hal itu karena konflik cerita itu yang menegangkan.
Oleh penyajian latar atau gaya bercerita pengarang yang memukau dan menghanyutkan. Pilihan kata yang digunakan pengarang, dapat juga menjadi penyebab ketertarikan seseorang terhadap karangan itu.
Perhatikan cuplikan cerita berikut!
APAKAH cinta pantas dikenang? Apakah cinta dibangun untuk memberikan rasa kehilangan? Pertanyaan itu mengganggu pikiranku. Mengganggu perasaanku.
Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-laun menyurut. Satu per satu menghilang ke dalam gang rumah masing-masing. Seakan-akan turut mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan mendalam pada keluarga yang ditinggalkan, tentu akibat mereka saling mencintai. Andai tak ada cinta di antara mereka, bisa jadi pemakaman ini seperti pekerjaan sepele yang lain. Seperti misalnya: mengganti air pada dispenser, menyapu daun kering di halaman, menyobek kertas tagihan telepon yang kadaluwarsa…
Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu bunga saat ulang tahun. Tidak memandang matamu, menyentuh tanganmu, dan sesekali mencium. (Cerpen” Hari Terakhir Mencintamu”, karya Kurnia Effendi).
Daya Tarik Cuplikan
Daya tarik cuplikan cerita tersebut tampak pada temanya, yakni tentang cinta. Bagi orang yang sedang mengalami perasaan seperti itu, tema ini sangat menarik.
Selain itu, cuplikan tersebut punya daya tarik dalam kata-katanya yang puitis. Misalnya, pada kata-kata Seandainya aku tidak mencintamu, tidak akan terbit rindu sekatu berpisah.
Daya Tarik Sebuah Bacaan
- Amanat yang menyentuh
- Tokohnya yang menawan
- Latar yang mengesankan
- Alur yang menegangkan
- Tema yang unik